Selasa, 19 Maret 2013
Wisata 17 Pulau di Riung
Salam Satu Nyali.
Hay hay hay sahabat alam
KPA_Laskar Ambruk.
Kali ini LA akan membagi cerita
ni tentang touring ke 17 Pulau di Riung. Mungkin banyak yang sudah sering
kesana, tapi untuk pengalaman ini kami ingin berbagi untuk semua.
Idenya sih dari anak-anak LA sama
@Djoin Coffee, tapi yang berangkat hanya 3 orang. Tidak apa, biar sedikit yang
penting yang lainnya tetap bisa menikmati perjalanan lewat cerita kami ini.
Oke, kita mulai ya...
Gerimis yang mengundang (lagu
kaleeee) hari Sabtu, membuat kami ingin membatalkan niat ini. Tapi, niat tetap
harus dilanjutkan. 04.00 Wita, @Vicky Bin Mohammed, @Muhamad Zidane Al-Gaston
dan @Fullan Soekamty memulai perjalanan dengan menggunakan sepeda motor. Kami berencana
untuk bermalam di Mbay dan esok paginya langsung ke Riung. Perjalanan ke Mbay
sempat terganggu karena adanya perbaikan jalan di daerah Nangaroro sampai
Aegela. Sedikit terjadi kekhawatiran ketika melintasi daerah Aegela menuju Mbay
karena ada “Jalan Patah” (terjemahan langsung dari Bahasa Ende “Raza Po’i”)
yang tidak kami duga sebelumnya akibat keasyikan menikmati perjalanan.
Sebelum sampai di kota Mbay, kami
sempat mengabadikan moment sambil narsis di puncak Mbay.
Ni dia aksi-aksi narsis kami
bertiga ....
Karena sudah waktunya maghrib,
kami tidak berlama-lama di puncak Mbay. Perjalanan diteruskan ke rumah kerabat
LA @Mega Diana. Kami bermalam di rumah Mega dan sempat ke Pelabuhan untuk
menikmati udara malam sekalian jalan-jalan. Karena Minggu pagi kami harus ke
Riung, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tempat nginap dan beristrahat.
Paginya sekitar pukul 05 lewat,
kami langsung menyalakan kendaraan ke tempat tujuan yang sebenarnya. Karena jalanan
sudah bagus, kami hanya menghabiskan waktu 45 menit dengan kecepatan kurang
lebih 60 km/jam untuk tiba di Riung. Ternyata di Riung kami bertemu teman dari
Ende dan memutuskan untuk menyewa kapal bersama. Negosiasi harga sewa kapal
motor cukup alot sih, tapi karena ada kenalan salah satu teman kita akhirnya
harga sewa kapal menjadi Rp 250.000,- lumayan juga untuk kantong anak muda.
Oleh nakhoda, kami diantar
mengelilingi 17 Pulau di Riung. Pulau yang pertama adalah Pulau Kelelawar. Karena
sedikit narsis biar tetap eksis, sedikit ada accident “Tabrak Pulau”.. hehe, ini
karena nakhoda kapal tidak mampu melihat dengan jelas akibat narsisnya
penumpang kapal.
Letih dan lelah terbayar ketika
menyaksikan keindahan alam laut Riung yang memukau. Perjalanan dilanjutkan ke
pulau-pulau lainnya dan berakhir di salah satu pulau berpasir putih untuk mandi
dan berjemur (sudah hitam tambah hitam). Di sana kami masih eksis sambil
menghabiskan bekal yang dibawa.
Beberapa jam di sana, kami
memutuskan untuk pulang karena masih ingin berkunjung ke Bendungan Sutami Mbay.
Bendungan yang diresmikan tahun 1975 oleh Ir. Sutami (Menteri Pertanian pada saat
itu) bukan lagi hanya untuk mengairi sawah-sawah di sekitar Mbay, tapi kini
juga berfungsi sebagai tempat memanjakan mata dan pikiran karena
pemandangannya.
Setelah setengah jam di Bendungan
Sutami kami langsung bergegas pulang ke Ende.
2 jam perjalanan kami habiskan
untuk tiba di Ende pukul sembilan dan sempat menghabiskan waktu di Lapangan
Pancasila sebelum akhirnya pulang ke rumah masing-masing agar mengembalikan stamina.
Itulah perjalanan wisata kami. Next
time kami masih ingin mengunjungi Riung dan tempat-tempat lainnya dengan personil
yang lebih banyak lagi, Insya Allah.
Thanks To Allah SWT.
Salam Satu Nyali.
Langganan:
Postingan (Atom)